Hamil Duluan, Gadis Ini Dipaksa Tandatangani Perjanjian Pernikahan oleh Camer: Tak Boleh Minta Harta

Cinta memang kadang membutakan mata, membuat orang yang merasakannya menjadi terlena hingga tak mampu berpikir bijak.

Itulah yang dialami wanita bernama Wang. Ia berpacaran dengan seorang pria bernama Chang sampai membuatnya hamil.

Saat meminta Chang menikahinya, Wang malah mendapat respons tak terduga, termasuk tak boleh minta harta.

Dilansir TribunStyle.com dari eva.vn pada Minggu, 27 November 2022, Wang merupakan seorang gadis berusia 22 tahun.

Ia tinggal di Kota Tangshan, Provinsi Hebei, China.

Wang menjalin hubungan asmara dengan pria bernama Chang.

Keduanya seumuran dan mulai berpikir untuk menikah.

Tanpa diduga selama proses itu, Wang menemukan fakta bahwa ia mengandung anak Chang.

Di era sekarang, hamil sebelum menikah dianggap tidak terlalu aneh.

Wang pun tidak terlalu khawatir, malah sangat senang.

Ia segera memberi tahu kabar tersebut kepada Chang.

Wang berharap bisa merencanakan pernikahan secepatnya sehingga mereka bisa tinggal serumah.

Sayangnya, ketika kedua keluarga berdiskusi, Chang memalingkan wajahnya dari Wang.

Ia juga mendesak kekasihnya itu menandatangani perjanjian pernikahan sebelum nanti menikah.

Namun ternyata isi perjanjian pernikahan itu sangat mengejutkan.

Bagaimana tidak, keluarga Chang setuju memberi 95.000 yuan atau sekitar Rp 200 juta kepada Wang sebagai hadiah pernikahan.

Namun setelah tinggal di rumah Chang, Wang harus mengembalikan uang tersebut kepada keluarga suaminya.

Kasarnya, hadiah tersebut hanya untuk pencitraan keluarga Chang.

Selain itu, perjanjian pernikahan juga mengatur bahwa Chang dan Wang akan menggelar upacara nikah tradisional di kampung halaman.

Mereka tidak akan buru-buru untuk mendaftarkan pernikahan secara resmi.

Chang dibelikan apartemen oleh keluarganya di Distri Kaiping, Kota Tangshan sebagai rumah pengantin baru.

Namun apartemen tersebut dianggap sebagai hak milik pribadi Chang.

Wang tidak berhak mengklaim pembagian properti.

Jika sesuatu yang tidak menguntungkan terjadi pada Chang, apartemen akan menjadi milik orang tuanya meskipun Wang adalah istrinya.

Perjanjian pernikahan itu juga menyatakan bahwa Wang dan Chang harus mengelola aset mereka sendiri-sendiri dan bertanggung jawab atas utang mereka sendiri sebelum menikah.

Wang sangat kecewa dan marah saat membaca perjanjian pernikahan itu.

Ia berpikir bahwa semua persyaratan terlalu tidak masuk akal, hanya melayani kepentingan Chang dan keluarga.

Wang mengatakan bahwa Chang dan keluarganya tidak menghormatinya.

Namun demi anak dalam kandungannya, Wang masih sabar untuk memohon dan membujuk.

Tanpa diduga, Chang dan keluarga masih bersikeras dengan niat awal.

Mereka menolak menyerah dan memaksa Wang untuk menandatangani perjanjian.

Wang kini sangat marah dan membuat keputusan tak terduga.

Ia buru-buru pergi ke rumah sakit dan meminta dokter untuk menghentikan kehamilannya.

Wang lantas mengirim jenazah bayinya yang dibungkus dengan kotak styrofoam ke rumah Chang.

Keluarga Chang kaget bukan main saat memuka kotak styrofoam tersebut.

Ayah Chang memeluk styrofoam dan menangis sejadi-jadinya.

Ia berguling-guling di tanah seolah baru saja kehilangan harta yang paling berharga di hidupnya.

Pada akhirnya ayah Chang pingsan di depan gerbang.

Sementara itu Wang berulang kali memaki dan melampiaskan amarahnya dengan melempar barang-barang ke rumah Chang.

Ia mengatakan semua ini adalah akibat dari tindakan keluarga Chang kepadanya.

Cerita ini mendapat beragam respons ketika diunggah ke media sosial.

Ada yang mengkritik Chang dan keluarga karena membuat tuntutan yang keterlaluan sehingga mendorong Wang ke jalan buntu.

Namun tak sedikit pula yang menilai Wang terlalu impulsif.

“Apa yang dipikirkan keluarga anak laki-laki itu untuk mengajukan permintaan seperti itu? Dia menikah, bukan menjual dirinya sendiri. Mereka sangat keterlaluan dan tidak adik, tidak heran gadis itu mengambil tindakan itu”

“Melihat adegan ini, saya tiba-tiba tidak ingin menikah lagi karena takut menikah dengan keluarga suami yang tidak baik, saya akan menderita seumur hidup”

“Memang benar keluarga laki-laki itu sangat berlebihan, tetapi tidak mungkin untuk tidak menyalahkan gadis itu atas tindakan impulsifnya, mengambil nyawa anak yang berharga di rahimnya”

“Pada akhirnya anak yang tidak bersalah adalah yang paling menderita”

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*